Cerpen “Angela” Karya Budi Darma (Psikoanalisis)


Pendahuluan
Sastra menjadi sebuah konsumsi masyarakat yang mencakup aspek yang universal. Semua hal dapat dijangkau dalam ranah sastra melalui bahasa dalam bentuk esai, cerpen, novel, puisi. Bahkan sains dapat dipadukan dengan sastra seperti pada cerpen “Angela” karya Budi Darma. Begitupun dunia psikologi juga dapat menjadi bahan mentah sastra. Seperti pada cerpen karya Budi Darma yang berjudul Angela. Cerpen yang mengambil latar di Bloomington, Indiana ini mengisahkan tentang Angela yang mempunyai kelainan yang misterius. Ia sekalipun banyak yang hendak memperkosanya bahkan suaminya pun tidak dapat mengambil keperawanan seorang Angela. Angela berasal dari keturunan Vicario yang dikatakan pintar membunuh seperti kakaknya, Pablo dan Pedro.
Burhanto sebagai tokoh di cerpen ini pernah menerbitkan buku berjudul “New Paradigm of Psycho-Revenge” yang menggali tentang kehidupan Angela. Psikologi Angela disini juga tak normal. Dia dapat seketika marah kemudian meredamnya sendiri seketika.
Psikologi bertemu sastra bahkan menghasilkan sebuah teori tentang psikologi sastra. Begitulah kehebatan sastra, dia dapat menjangkau hal-hal yang belum tentu dapat dijangkau hal lain.
Psikoanalisis (Teori)
  1. Pengertian Teori Psikoanalisis
Psikoanalisis dalam sastra memiliki empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.Yang keempat adalah mempelajari dampak sastra pada pembaca. Namun, yang digunakan dalam psikoanalisis adalah yang ketiga karena sangat berkaitan dalam bidang sastra. Asal usul dan penciptaan karya sastra dijadikan pegangan dalam penilaian karya sastra itu sendiri. Jadi psikoanalisis adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.
  1. Sejarah Teori Psikoanalisis Sastra
Munculnya pendekatan psikologi dalam sastra disebabkan oleh meluasnya perkenalan sarjana-sarjana sastra dengan ajaran-ajaran Freud yang mulai diterbitkan dalam bahasa Inggris. Yaitu Tafsiran Mimpi ( The Interpretation of Dreams ) dan Three Contributions to A Theory of Sex atau Tiga Sumbangan Pikiran ke Arah Teori Seks dalam dekade menjelang perang dunia. Pembahasan sastra dilakukan sebagai eksperimen tekhnik simbolisme mimpi, pengungkapan aliran kesadaran jiwa, dan pengertian. Libido ala Freud menjadi semacam sumber dukungan terhadap pemberontakan sosial melawan Puritanisme (kerohanian ketat) dan tata cara Viktorianoisme (pergaulan kaku). Dahulu kejeniusan sastrawan selalu menjadi bahan pergunjingan. Sejak zaman Yunani, kejeniusan dianggap kegilaan (madness) dari tingkat neurotik sampai psikosis. Penyair dianggap orang yang kesurupan (possessed). Ia berbeda dengan yang lainnya, dan dunia bawah sadarnya yang disampaikan melalui karyanya dianggap berada di bawah tingkat rasional. Namun, pengarang tidak sekedar mencatat gangguan emosinya ia juga mengolah suatu pola arketipnya, seperti Dostoyevsky dalam karyanya The Brother Kamarazov atau suatu pola kepribadian neurotik yang sudah menyebar pada zaman itu. Kemudian, ilmu tentang emosi dan jiwa itu berkembang dalam penilaian karya sastra.
  1. Kegunaan Psikoanalisis Sastra
Psikologi atau psikoanalisis dapat mengklasifikasikan pengarang berdasar tipe psikologi dan tipe fisiologisnya. Psikoanalasisis dapat pula menguraikan kelainan jiwa bahkan alam bawah sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen di luar karya sastra atau dari karya sastra itu sendiri. Untuk menginteprestasikan karya sastra sebagai bukti psikologis, psikolog perlu mencocokannya dengan dokumen-dokumen di luar karya sastra.
Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Misalnya, kebiasaan pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya. Yang lebih bermanfaat dalam psikoanalisis adalah studi mengenai perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya. Hal itu, berguna karena jika dipakai dengan tepat dapat membantu kita melihat keretakan ( fissure ), ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang sangat penting dalam suatu karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun secara sadar dapat memasukan teori psikologi yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya.
  1. Tokoh-Tokoh Psikoanalisis Sastra
  • Sigmund Freud, sangat berbudaya, beliau mendapatkan dasar pendidikan Austria yang menghargai karya Yunani dan Jerman Klasik.
  • S Elliot.
  • G.Jung.
  • Ribot, psikolog Perancis.
  • Russu.
  • Wordsworth yang menggunakan psikologi sebagai uraian genetik tentang puisi.
  • Tatengkeng, Pujangga Baru. Menyatakan bahwa untuk menulis puisi yang baik penyair harus dalam keadaan jiwa tertentu pula.
  1. Perkembangan Psikoanalisis Di Indonesia
Dalam sastra Indonesia pendekatan psikologi berkembang sejak tahun enam puluhan, antara lain oleh Hutagalung dan Oemarjati dalam buku pembahasan masing-masing atas Jalan Tak Ada Ujung dan Atheis. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pertolongan agar dapat membaca drama atau novel secara Benar.
  1. Aplikasi Psikoanalisis Dalam Karya Sastra
Tokoh-tokoh dalam prosa dinilai benar tidaknya secara psikologis. Situasi dan plot menjadi perhatian khusus dalam hal ini. Tokoh dalam cerita harus serasi dengan ceritanya, contoh :
Lily Campbel Mengatakan bahwa tokoh Hamlet cocok dengan Tipe “periang dan optimis yang mengalami tekanan melankolik”. Yakni tipe yang dikenal dalam teori psikologi zaman Elizabeth. Oscar Campbell menunjukan tokoh Jaques dalam drama William Shakespears “As You Like It” adalah kasus melankolik yang timbul akibat tekanan.
Aspek Bawah Sadar Manusia  (Teori)
Dialektika model pendekatan dan landasan teori dalam penelitian teks sastra salah satunya ikut diramaikan oleh kajian Psikoanalisa yang ditelurkan oleh Sigmun Freud. Psikoanalisa sendiri memang bagian dari   kajian psikologi manusia dan Freud menggunakannya dalam fungsi sebagai terapi medik. Salah satu penemuan besar Psikoanalisa, yang bisa dilihat gunanya dalam analisis teks sastra, adalah adanya kehidupan tak sadar pada manusia (aspek bawah sadar di atas). Freud bahkan   menyatakan bahwa segi-segi terpenting perilaku manusia ditentukan oleh alam tak sadarnya. Untuk itu Freud mengemukakan teori tentang struktur kepribadian manusia. Struktur kepribadian manusia tersebut terdiri dari tiga bagian yang tumbuh secara kronologis, yaitu id, ego, dan superego.
Id merupakan struktur kepribadian paling primitif dan berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan. Ini dapat kita lihat pada fase kanak-kanak seseorang. Id banyak berhubungan dengan nafsu    semena-mena yang tidak sanggup membedakan realitas dan khayalan.
Ego merupakan kelanjutan upaya mencari kesenangan, tetapi sudah dirangkai dengan keharusan tunduk pada realitas dan tak bisa semena-mena lagi. Fase ini dapat dilihat ketika seorang anak mulai mengenal berbagai aturan sosial dan terpaksa mengekang nafsu pemuasan dirinya yang bersifat semena-mena.
Superego, merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat tempat individu itu hidup. Superego ini memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri selalu akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tahapan ini seiring dengan kedewasaan seorang individu. Berhubungan dengan alam tak sadar dan alam sadar, id terletak pada bagian pertama sedang yang lain meliputi keduanya.
Aspek Bawah Sadar Tokoh dalam Cerpen “Angela” karya Budi Darma
  1. Aspek bawah sadar tokoh Burhanto
ID: Angela yang menyukai Burhanto ingin keperawanannya diserahkan pada Burhanto. Angela memancing nafsu Burhanto agar bisa tidur dengannya.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Burhanto,” demikianlah kata Angela pada suatu hari, “apakah kamu merasa saya ini makhluk ajaib?”
“Tanganmu selalu dingin. Tidak seperti orang lain.”
“Tangan? Kamu kan belum pernah meraba-raba seluruh tubuh saya. Tangan boleh dingin, siapa tahu bagian-bagian lain hangat.”
” Dan setiap kali saya mengalah mengantarkan dia, tubuhnya selalu dipepetkan ke tubuh saya. “
“Angela menempelkan hnyahnya rapat-rapat ke tubuh saya. “
Ego: kebanyakan lelaki menuruti hawa nafsunya. Apalagi jika perempuannya menyodorkan dirinya seperti yang dilakukan Angela. Namun tidak dengan Burhanto. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada ego Burhanto yang ditimbulkan dari ID.
Superego: Burhanto tidak mengikuti hawa nafsu yang di pancing angela.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Sejak saat itu perlahan-lahan saya menjauhinya.”
“Angela, saya harus pergi. Ke perpustakaan. Sekarang juga.”
“Saya ikut, Burhanto.”
“Maaf, Angela. Saya tergesa-gesa.”
“Saya diam, berusaha menghindar.”
  1. Aspek bawah sadar tokoh Angela
ID: Burhanto bertanya pada Angela tentang sebuah malam yang namanya sama dengan nama belakang Angela.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Kebetulan di makam itu ada nisan bertuliskan nama Vicario, …”
“… pada suatu hari saya bertanya: “Angela, pernahkah kamu ke makam dekat Ballantine Hall?”
Ego: Angela merasa tersinggung dan marah lah ia pada Burhanto.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Kamu jangan meremehkan saya, Burhanto. Kamu kira saya tidak tahu. Di situ terbaringlah sebuah mayat. Vicario namanya.”
“Mungkin ada hubungan darah dengan kamu.”
“Perduli setan. Di Spanyol jutaan orang bernama Vicario. Di semua negara Amerika Latin Vicario bukan nama ajaib. Iblis bernama Vicario juga banyak di neraka.”
Superego: Angela meredam kemarahannya karena tersinggung dengan pertanyaan Burhanto.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Tapi akhirnya Angela mengajak saya ke makam.”
ID: Tony Mbanta, suami Angela tidak dapat membobol harta Angela, yaitu keperawanannya. Angela merasa tersinggung.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Tony Mbanta, laki-laki Ethiopia itu, sama saja. Gagah. Tapi tidak mampu menjebol harta karun saya. Perasaan saya sangat tersinggung. “
Ego: Dari ID diatas, egonya mungkin sama Angela marah namun di cerpen ini Angela tidak marah. Mana, dapat disimpulkan tidak terdapat ego dari ID diatas.
Superego: Angela meredam ketersinggungannya dan memaafkan Tony.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Dengan segala kesabaran, saya maafkan dia.”
ID: Kisah hidupnya digali oleh Burhanto dan diterbitkan dalam sebuah buku. Berikut kutipan dalam cerpen:
“Saya kembali ke Bloomington. Baca buku-buku kamu. Kurang ajar! Kisah hidup saya kamu gali habis-habisan. Rahasia pribadi dan kesengsaraan saya kamu sajikan kepada pembaca dunia.”
Ego: Angela marah pada Burhanto. Angela juga mengancam Burhanto.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Kurang ajar! Kisah hidup saya kamu gali habis-habisan.”
“Ingat, bukan saya yang membunuh Santiago, tapi karena saya, Santiago mampus.”

  1. Aspek bawah sadar tokoh Pedro dan Pablo
ID: Pedro dan Pablo akan membunuh Santiago Nasar karena Angela berkata bahwa Santiago lah yang telah mengotori Angela hingga Angela dikembalikan ke orangtuanya oleh Bayardo setelah menikah. Kemarahan Pedro dan Pablo tak terkendali.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Pablo dan Pedro amat murka, …”
Ego: Pedro dan Pablo membunuh Santiago Nasar karena murka. Angela mengatakan bahwa Santiago yang telah menodainya.
“… mereka akan menggorok leher Santiago seperti menggorok sapi.
Keesokan harinya terdengar kabar, Santiago kehilangan nyawa, disembelih bergantian oleh Pablo dan Pedro.”
Superego: superego sesuai dari ID, Pablo dan Pedro dapat meredam emosi mereka dan menyelesaikan masalah ini kekeluargaan. Namun pada akhirnya mereka membunuh Santiago. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat superego pada tokoh Pablo dan Pedro.
  1. Aspek bawah sadar tokoh Bayardo Sans Roman
ID: Bayardo menyangka bahwa Angela sudah tidak perawan lagi. Disinilah keinginan Bayardo untuk mengembalikan Angela ke orang tuanya yang berarti mereka bercerai atau menerima keadaan Angela. Berikut kutipan dalam cerpen:
“Dengan halus Bayardo Sans Roman berkata: “Malam ini saya harus datang ke rumah orangtua kamu, membawa satu pak rokok, kulitnya indah dan mengkilap, isinya bukan rokok, tapi puntung. Ada laki-laki lain yang sudah menghisap rokok, lalu puntungnya dilemparkan kepada saya.” “
Ego: Bayardo mengembalikan Angela kepada orang tuanya.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Maka, malam itu juga Bayardo mengantarkan Angela pulang ke rumah ibunya…”
Superego: Bayardo menerima keadaan Angela dan menjalani rumah tanggal dengan Angela. Namun dalam cerpen ini superego ini tidak ada. Bayardo mengembalikan Angela kepada orang tuanya dan ini artinya mereka bercerai.
  1. Aspek bawah sadar tokoh Tony Mbanta
ID: Tony Mbanta, suami Angela tidak mampu membobol harta karun Angela, yaitu keperawanannya. Ia merasa malu.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Tony Mbanta, laki-laki Ethiopia itu, sama saja. Gagah. Tapi tidak mampu menjebol harta karun saya.”
Ego: Tony meninggalkan Angela Karena malu.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Untuk menghilangkan rasa malu dia kepada saya, dia melarikan diri ke rapat-rapat orang-orang komunis.”
Superego: Tony mencari Cara lain atau meminta maaf. Namun tak dilakukannya. Dapat disimpulkan tidak terdapat superego pada tokoh Tony sesuai ID.
  1. Aspek bawah sadar tokoh perempuan mulato pemilik warung
ID: Perempuan mulato pemilik warung ini berjiwa sundal. Ia menjual susu dan minuman keras.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“Pablo dan Pedro minum-minum di sebuah warung milik seorang perempuan mulato berjiwa sundal, yang menjual susu dan minuman keras.”
Ego: Dia menjual minima keras sebgai bukti bahwa ia tidak mungkin menghancurkan bakat sundalnya karena menurutnya menjadi sundal itu nikmat.
Berikut kutipan dalam cerpen:
“… dan minuman keras, kata perempuan ini pula, pertanda bahwa dia tidak mungkin menghancurkan bakat sundalnya, karena menjadi sundal itu nikmat.”
Superego: Perempuan tersebut walaupun sundal ia tetap menjual susu sebagai lambang kesucian. Berikut kutipan dalam cerpen:
“Susu, kata perempuan ini, putih tanda suci, …”
  1. Aspek bawah sadar Hemingway
ID: Hemingway adalah seorang yang terkenal suka memburu dan diburu oleh perempuan. Berikut kutilan dalam cerpen:
“Hemingway memang terkenal suka memburu perempuan dan diburu oleh perempuan.”
Ego: Hemingway yang merasa dia hebat Karena seeing memburu dan diburu oleh perempuan mana ia memperlakukan perempuan dengan tidak layak. Berikut kutipan dalam cerpen:
“Semua perempuan yang diburu diperlakukan sebagai binatang buruan, dan semua perempuan yang tidak diburu mempersiapkan diri untuk memburu. “
Superego : menurut Id dari hemingway ini, tak terdapat superego.
Simpulan
Psikoanalisis adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang      diterapkan pada karya sastra. Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara          psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. Tokoh-tokoh dalam psikoanalisis ini yaitu Sigmund Freud, T.S Elliot, Carl.G.Jung, Ribot, L.Russu, Wordsworth , dan Tatengkeng.Dalam sastra Indonesia    pendekatan psikologi berkembang sejak tahun enam puluhan, antara lain             oleh Hutagalung dan Oemarjati.
Dalam aplikasinya, tokoh-tokoh dalam Drama dan Novel dinilai benar tidaknya secara psikologis. Situasi dan plot menjadi perhatian khusus dalam hal ini. Freud mengemukakan teori tentang struktur kepribadian             manusia.Struktur kepribadian manusia tersebut terdiri dari tiga bagian yang tumbuh secara kronologis, yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan struktur kepribadian paling primitif dan berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan. Ego merupakan kelanjutan upaya mencari kesenangan, tetapi sudah dirangkai dengan keharusan tunduk pada realitas dan tak bisa semena-mena lagi.Tahapan selanjutnya, superego, merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam      masyarakat tempat individu itu hidup. I’d, ego superego inilah yang   nantinya akan dikaji melalui tokoh dalam novel ataupun cerpen.
Dalam Angela karya Budi Darma ini, semua tokoh memiliki psikokogis aspek bawah sadar. Semuanya memiliki ID yang kebanyakan disertai dengan ego. Tokoh Angela sendiri lebih kuat pasikologisnya. ID yang punya diikuti dengan ego namun ia menetralkannya sendiri dengan superego. Berbeda dengan Angela, Burhanro lebih banyak mengikuti IDnya dengan superego.
Lampiran:
Angela
Budi Darma
Sepuluh tahun yang lalu saya lulus S3 Indiana University, Bloomington, Indiana, Amerika, lalu lima tahun kemudian saya menerbitkan buku New Paradigm of Psycho-Revenge, dan selama dua tahun berikutnya saya menerbitkan buku lain yang tidak begitu penting.
Berkat buku-buku itu sekarang saya kembali ke Indiana University, dikontrak sebagai dosen mata kuliah Psikologi Sastra, mulai Januari ini, ketika salju sedang kencang-kencangnya menghantam seluruh Barat Tengah Amerika, termasuk Bloomington, Indiana. Kamar kerja saya terletak di Lantai 12, dan dari situ saya dapat melihat bongkah-bongkah salju meluncur ke sebuah pemakaman tua berumur lebih dari seratus tahun.
Dulu saya kadang-kadang ke sana bersama seorang perempuan Columbia, mahasiswa Ilmu Komunikasi bernama Angela Vicario. Kebetulan di makam itu ada nisan bertuliskan nama Vicario, meninggal tepat pada tanggal 1 Januari 1900, tanpa penjelasan umur berapa dan asal usulnya dari mana.
Perkenalan saya dengan Angela terjadi ketika dia dan saya sama-sama bekerja di cafeteria Eigenmann Hall, asrama sekian banyak mahasiswa dari lima benua, dan juga mahasiswa dari berbagai negara bagian Amerika sendiri.
Pada suatu malam, beberapa saat setelah cafeteria tutup dan kami berjalan bersama menunggu lift sementara suasana sudah sepi, tiba-tiba Angela menggigil, kemudian jatuh, menggelepar-gelepar, nafasnya mendengus seperti nafas penghabisan sapi sehabis disembelih. Mau tidak mau saya harus menolong.
Angela bercerita, ibunya memperlakukan dia sebagai porselin, harus dijaga sepanjang hari, karena kalau porselin itu terjamah laki-laki, maka seluruh harkat, derajat, dan martabat keluarga Vicario akan hancur. Demikianlah, sejak kecil dia dipingit, dan setiap ada laki-laki lewat, jendela dan pintu rumah harus ditutup rapat.
Terceritalah, pada suatu hari semua tetangga terperanjat, karena tiba-tiba seorang keturunan mulato datang, entah dari mana, lalu memperkenalkan diri, namanya Bayardo Sans Roman, punya peternakan sapi dan beberapa tambang batubara. Jalannya gagah, potongan tubuhnya mirip gladiator, kata-katanya meyakinkan, dan, katanya, dia datang sengaja untuk mencari istri. Demikianlah, maka dipinanglah Angela, dengan janji akan menjadikan Angela bidadari, dipuja dan dipuji setiap hari.
Mau apa lagi? Ayah Angela buta, ibunya pengangguran, dan dua saudara kembarnya, laki-laki bernama Pablo dan Pedro Vocario, suka mabuk-mabukan, bekerja sebagai penyembelih sapi, dan penghasilan mereka tidak sekedar kecil, tapi juga dihabiskan untuk judi dan minum.
Malam pertama perkawinan berakhir dengan tanda tanya. Dengan halus Bayardo Sans Roman berkata: “Malam ini saya harus datang ke rumah orangtua kamu, membawa satu pak rokok, kulitnya indah dan mengkilap, isinya bukan rokok, tapi puntung. Ada laki-laki lain yang sudah menghisap rokok, lalu puntungnya dilemparkan kepada saya.”
Maka, malam itu juga Bayardo mengantarkan Angela pulang ke rumah ibunya, lalu berkata sopan: “Terimakasih banyak, Ibunda Angela, ternyata kamu dapat mendidik anak perempuan kamu dengan sangat sempurna.”
Pablo dan Pedro amat murka, dan dalam keadaan mabuk bertanya: “Angela, adik tercinta, siapakah yang telah menodai kamu?”
Dia bingung, dan tanpa sadar terlontarlah kata-kata: “Santiago. Santiago Nasar. Laki-laki kaya itu.”
Ibunya menimpali: “Kehormatan adalah kehormatan.”
Malam itu juga, menurut kabar angin, Pablo dan Pedro minum-minum di sebuah warung milik seorang perempuan mulato berjiwa sundal, yang menjual susu dan minuman keras. Susu, kata perempuan ini, putih tanda suci, dan minuman keras, kata perempuan ini pula, pertanda bahwa dia tidak mungkin menghancurkan bakat sundalnya, karena menjadi sundal itu nikmat.
Di warung itu berkali-kali Pablo dan Pedro mengasah pisau mereka, sambil sesekali memandang ke tempat jauh, jendela kamar di loteng tempat Santiago tinggal bersama ibunya, sementara ayahnya sudah lama meninggal. Pablo dan Pedro tahu, Santiago tinggal di kamar itu, dan begitu waktunya datang, mereka akan menggorok leher Santiago seperti menggorok sapi.
Keesokan harinya terdengar kabar, Santiago kehilangan nyawa, disembelih bergantian oleh Pablo dan Pedro.
Pagi itu juga, dengan membawa uang dan perhiasan pemberian Bayardo, Angela Vicario melarikan diri.
Dalam pelarian dia bergulat melawan bajingan, penjual manusia, biarawan palsu, polisi berhati anjing, iblis bertopeng manusia, dan semua bernafsu untuk memperkosa. Mula-mula dia selalu memberontak, tapi akhirnya dia hanya menyerah, karena baik memberontak maupun menyerah hasilnya sama: dia tetap perawan. Pada saat mereka hampir berhasil memperkosa, siapa pun laki-laki jahat itu, pasti mendadak lunglai. Seluruh tulang tubuh mereka seolah-olah kehilangan tulang, dan jadilah tubuh mereka onggokan daging.
“Burhanto,” demikianlah kata Angela pada suatu hari, “apakah kamu merasa saya ini makhluk ajaib?”
“Tanganmu selalu dingin. Tidak seperti orang lain.”
“Tangan? Kamu kan belum pernah meraba-raba seluruh tubuh saya. Tangan boleh dingin, siapa tahu bagian-bagian lain hangat.
Sejak saat itu perlahan-lahan saya menjauhinya. Saya keluar dari cafeteria Eigenmann Hall, pindah ke cafeteria Commons. Tiga hari kemudian, ternyata dia juga pindah, menyusul saya ke cafeteria Commons, dan jam kerjanya pun sama dengan jam kerja saya.
Untuk melepaskan diri tanpa melukai hatinya, pada suatu hari saya bertanya: “Angela, pernahkah kamu ke makam dekat Ballantine Hall?”
“Kamu jangan meremehkan saya, Burhanto. Kamu kira saya tidak tahu. Di situ terbaringlah sebuah mayat. Vicario namanya.”
“Mungkin ada hubungan darah dengan kamu.”
“Perduli setan. Di Spanyol jutaan orang bernama Vicario. Di semua negara Amerika Latin Vicario bukan nama ajaib. Iblis bernama Vicario juga banyak di neraka.”
Tapi akhirnya Angela mengajak saya ke makam. Setiap kali saya menolak, matanya berkaca-kaca: “Burhanto, kamu tidak punya hati, ya.” Dan setiap kali saya mengalah mengantarkan dia, tubuhnya selalu dipepetkan ke tubuh saya. Dingin.
“Burhanto, kamu tahu saya punya darah pembunuh. Tengok Pablo dan Pedro. Saya punya darah judi. Tengok pula Pablo dan Pedro. Mereka pewaris tulen darah nenek moyang Vicario. Semua terbelit judi. Semua jatuh miskin. Darah saya hitam, Burhanto. Kotor. Darah kamu putih. Kalau saya jadi istri kamu, anak turun kita mewarisi darah kamu.”
“Angela, saya harus pergi. Ke perpustakaan. Sekarang juga.”
“Saya ikut, Burhanto.”
“Maaf, Angela. Saya tergesa-gesa.”
Saya menyelinap ke Gedung Frangipani, berjalan melalui sekian banyak lorong di Gedung Frangipani, sampai akhirnya tiba di bioskop Frangipani. Ada iklan film Amerika Latin, Chronica de Une Murte Anunciada.
Tiba-tiba saya merasa ada dengus nafas di belakang saya, dan dengus nafas itu tidak lain keluar dari mulut dan hidung Angela.
“Film mengenai pembunuhan,” kata Angela, “Keluarga Vicario membunuh karena dendam.”
Saya diam, berusaha menghindar.
Dia melanjutkan: “Ada seorang gadis bernama Angela Vicario. Nama saya. Dipinang Bayardo Sans Roman. Persis kisah saya. Kata Bayardo, Angela ternyata kotor. Dikembalikan ke orang tuanya. Saudara kembar Angela, Pablo dan Pedro Vicario marah, mendesak Angela untuk mengaku siapa yang mengotori dirinya. Angela merasa dirinya tidak kotor, tanpa sadar berseru: ‘Santiago Nasar.’ Maka disembelihlah Santiago Nasar oleh Pablo dan Pedro Vocario.”
Saya meninggalkan dia, tapi dengan sigap dia menangkap tangan saya, menggelandang saya ke Perpustakaan Lily.
Kami langsung ke lantai bawah, menuju ke almari kaca, tempat penyimpanan rambut salah satu istri Hemingway. Hemingway memang terkenal suka memburu perempuan dan diburu oleh perempuan. Semua perempuan yang diburu diperlakukan sebagai binatang buruan, dan semua perempuan yang tidak diburu mempersiapkan diri untuk memburu. Karena itulah, setiap kali dia menullis novel, dia selalu memburu atau diburu perempuan. Istri baru boleh, pacar baru juga boleh. Rambut di dalam almari kaca itu tidak lain adalah rambut salah satu istrinya menjelang dia menulis The Sun Also Rises, novel mengenai generasi yang hilang tergilas oleh Perang Dunia I.
Angela menempelkan tubuhnya rapat-rapat ke tubuh saya. Rasanya sangat dingin, dan karena sangat dingin, saya agak menggigil.
Ketika malam tiba saya lupa mengunci pintu, lalu tertidur, dan terbangun karena serangan mimpi buruk. Ternyata bukan mimpi buruk: Dengan nafas mendengus-dengus Angela menindihi tubuh saya.
“Bangsat!” teriaknya beberapa saat kemudian. “Ternyata kamu sama. Sama dengan Bayardo Sans Roman. Sama dengan semua bajingan yang akan memperkosa saya.”
Itulah pertemuan terakhir saya dengan Angela. Saya pulang ke tanah air. Menurut cerita teman-teman dari Bloomington, Angela akhirnya bertemu dengan seorang laki-laki dari Ethiopia, menikah, dan mengikuti suaminya ke Ethiopia.
Itu dulu. Dan sekarang, ketika saya membuka daftar mahasiswa peserta mata kuliah saya, muncullah nama Angela Vicario. Dari potretnya saya tahu, dialah Angela Vicario dulu.
Kuliah sudah berjalan sebulan, tapi Angela tidak pernah muncul.
Ketika saya membuka pintu ruang kerja menjelang akhir semester, saya menemukan sebuah surat dekat lubang bawah pintu.
“Burhanto, Tony Mbanta, laki-laki Ethiopia itu, sama saja. Gagah. Tapi tidak mampu menjebol harta karun saya. Perasaan saya sangat tersinggung. Dengan segala kesabaran, saya maafkan dia.”
“Untuk menghilangkan rasa malu dia kepada saya, dia melarikan diri ke rapat-rapat orang-orang komunis. Dia sering diajak ke luar negeri. Ke Cina, ke Tajikistan, ke Rusia, dan entah ke mana lagi. Dia sesumbar, pada suatu saat nanti dia akan jadi menteri.”
”Pada suatu malam apartemen kami digrebeg pasukan Kaisar Haile Selassie. Dia diseret ke lapangan terbuka, diberondong peluru.”
“Saya kembali ke Bloomington. Baca buku-buku kamu. Kurang ajar! Kisah hidup saya kamu gali habis-habisan. Rahasia pribadi dan kesengsaraan saya kamu sajikan kepada pembaca dunia. Ingat, bukan saya yang membunuh Santiago, tapi karena saya, Santiago mampus.”

sekian terimakasih.

Comments

  1. dan jangan lupa buat join ke https://www.youtube.com/channel/UCKNZJsgfxwAjhi9VQQhKYqw agar dapat melihat video menarik dan pengetahuan lebih mendalam serta hiburan yang tersediakan. dan jangan lupa buat subscribe like serta komen https://www.youtube.com/channel/UCKNZJsgfxwAjhi9VQQhKYqw

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts